Minggu, 09 Januari 2011

Yuk Kita Koreksi Lagu Anak-anak!

Lagu anak-anak yang selama ini enak didengar, gampang dihafalkan dan dilagukan. Namun ternyata banyak lagu anak-anak yang isinya tak konsisten dengan tema lagu bahkan mengajarkan hal-hal yang kurang pas pada anak. Coba kita kritisi lagu anak-anak berikut ini:
“Balonku ada lima, rupa-rupa warnanya
Merah, kuning, kelabu…merah muda dan biru
Meletus balon hijau, DORRRR”
Perhatikan warna-warna kelima balon tersebut, kenapa tiba-tiba muncul warna hijau? Jadi jumlah balon sebenarnya ada 6 bukan 5!
“Aku seorang kapiten…mempunyai pedang panjang
Kalo berjalan prok…prok…prokkk
Aku seorang kapiten!”
Perhatikan, di bait pertama dia cerita tentang pedangnya, tapi di bait kedua dia bercerita tentang sepatunya. Harusnya dia tetap konsisten, misalnya ingin cerita tentang sepatunya seharusnya dia bernyanyi:
“Aku seorang kapiten…mempunyai sepatu baja
Kalo berjalan prok…prok…prokkk
Aku seorang kapiten”
Nah, itu baru klop!!!!
Jika ia ingin bercerita tentang pedangnya, harusnya dia bernyanyi:
“Aku seorang kapiten….mempunyai pedang panjang
Kalo berjalan gundal-gandul (atau srek…srek…srekkk….)
Aku seorang kapiten”
Itu baru sesuai dengan kondisi pedang panjangnya. Kemudian,
“Bangun tidur ku terus mandi…tidak lupa menggosok gigi
Habis mandi ku tolong Ibu
Membersihkan tempat tidurku….”
Perhatikan, setelah habis mandi langsung membersihkan tempat tidur. Lagu ini membuat anak-anak tidak bisa terprogram secara baik dalam menyelesaikan tugasnya dan selalu terburu-buru. Sehabis mandi seharusnya si anak memakai baju dulu dan tidak langsung membersihkan tempat tidur dalam kondisi basah dan telanjang.
“Naik-naik ke puncak gunung
Tinggi-tinggi sekali
Kiri-kanan, kulihat saja banyak pohon cemara…”
Lagu ini dapat membuat anak kecil kehilangan konsentrasi, semangat dan motivasi. Pada awal lagu terkesan semangat akan mendaki gunung yang tinggi. Tetapi kemudian ternyata setelah melihat jalanan yang tajam, mendaki lalu jadi bingung dan tak tahu mau berbuat apa, bisanya Cuma noleh ke kanan ke kiri aja, tak maju-maju.
“Naik kereta api tut…tut…tut…
Siapa hendak turut ke Bandung-Surabaya
Bolehlah naik dengan percuma
Ayo kawanku lekas naik,,,,
Keretaku tak berhenti lama’’
Nah, ini yang lumayan parah! Lagu ini seolah mengajarkan anak-anak kalau sudah dewasa maunya gratis melulu. Pantesan PT KAI rugi terus! Terutama jalur Bandung Surabaya.
“Di pucuk pohon cempaka
Burung kutilang berbunyi…bersiul-siul sepanjang h ari
Dengan tak jemu-jemu
Mengangguk-angguk sambil bernyanyi trili…li…li…li…li…li…”
Ini juga menyesatkan dan tidak mengajarkan kepada anak-anak akan realita yang sebenarnya. Burung kutilang itu kalau nyanyi bunyinya cuit…cuit….cuit….
“Pok ame…ame… belalang kupu-kupu
Siang makan nasi kalau malam minum susu”
Ini jelas lagu dewasa dan tidak dikonsumsi anak-anak. Karena yang disebutkan di atas itu adalah kegiatan orang dewasa, bukan anak kecil. Kalau anak kecil belum boleh makan nasi, jadi tak pagi tak malam ya minum susu!
“Nina bobo…oh nina bobo
Kalau tidak bobo digigit nyamuk”
Menurut psikolog : jadi setiap akan tidur anak-anak Indonesia diajak tidur dengan lagu yang penuh ancaman.
“Bintang kecil,,,di langit yang biru”
Bintang kan adanya malem, lah kalau malem langit bukannya warna item?
“Ibu kita Kartini…
Harum namanya…”
Namanya Kartiniapa harum sih?
“Pada hari Minggu ku turut ayah ke kota
Naik delman istimewa ku duduk di muka…”
Nah, gak sopan kan?
“Cangkul-cangkul, cangkul yang dalam…
Menanam jagung di kebun kita…”
Kalo mau nanem jagung, ngapaun dalem-dalem? Emang mu bikin sumur????